Rabu, 15 Agustus 2018

Rindu

Mungkin aku jatuh terlalu dalam padamu.

Pada setiap tingkahmu yang butuh tafsir.

Pada setiap tuturmu yang sembunyi dibalik diksi sarkas nan frontal.

Lalu sadar, bahwa jatuh selalu sakit.

Luka, berdarah, patah?

Yang kutahu; ia berbekas, menyisakan tumpukan rindu yang makin gebu.

Adakah kau sama?~



~alien~

Senin, 19 Maret 2018

Kita

Kau biru langit yang cerah di kalbu
Enggan kulepas dengan pandang
Segenap rasa ku puja-puja dirimu
Dirimu juga badai yang kusanjung segenap rindu

Sekedipan mendung menghadirkan derai
Guntur menumbangkan pohon menerpa
Bunga-bunga mekar hatiku dan hatimu
Patah, berserakan di telapak kaki surga

Kau dan kau adalah janji
Waktu lekang, angan menghitung kekosongan
Hanya setetes nila yang tersisa,
Bungkam sebaik kata menghapus luka

Kita adalah rahasia terdalam
Kau adalah waktu yang gundah
Aku adalah penantian yang kecewa
Kembali abdi menjadi putih.



Pinrang, 12 Maret 2018
Hidayat Muh. Natsir

Kamis, 12 Januari 2017

Tentang Bus Kota dan Penantian

Terkadang kau terlalu sibuk menunggu datangnya bus kota yang akan mengantarkanmu ke tempat yang akan kau tuju.

Lalu mengapa harus bus kota? Bukankah untuk menuju kesana kau dapat menumpangi alat transportasi yang lain? entah itu angkutan umum, motor, sepeda, bahkan dengan berjalan kaki pun bisa! Meski rasa nyaman yang tercipta tak akan sama rasanya saat menumpangi sang bus kota.

Mengapa harus bus kota? Bukankah bus kota mempunyai jadwal teratur yang tak dapat kau ubah sesuai keadaanmu? Mengapa tak mencoba terobosan baru dengan melihat sejauh mana kondisimu?

mengapa harus bus kota? Bukankah untuk dapat menumpangi bus kota, kau harus merogoh isi dompet lebih dalam? Mengapa tak mencoba membisakan diri, pun hatimu untuk berhemat?

Mengapa harus bus kota? Tanpa kau sadari banyak kendaraan lain yang mampu mengantar ke tuju, melaju pasti dihadapmu.

Sedang dia yang selama ini kau tunggu? Mungkin saja telah berbalik arah, memutar haluan, dan mengangkut penumpang lain ke arah trayek berbeda.


Demikian pun dengan hati yang telah kau rawat selama ini~

Mengapa masih menanti dia yang hanya memberimu janji semu?
Mengapa masih meyakini bahwa ia akan datang padamu, dan menuju masa depan bersama yang penuh gemerlap kebahagiaan bersama?
Yakinkah kau dia adalah orang yang tepat?
Yakinkah kau dia benar akan tiba dengan senyuman?
sedang disekitarmu, banyak dia yang menawarkan tumpangan kebahagiaan dengan senyum manis..

Renungkan!

Selasa, 29 Desember 2015

Untitled

Enyahkan sakit yang jadi belenggu
Enyahkan rasa yang mengendap di kalbu
Enyahkan asa yang sempat jadi tuju
Enyahkan dirimu dari relung jiwaku

Aku pernah menaruh percaya pada angan kita
Lalu jatuh; terpecah dan tak lagi sama
Aku pernah terlalu mencinta
Lalu kemudian jatuh terluka

Salahkah aku yang terlalu cinta?
Salahkah aku yang mendamba cinta?
Salahkah aku yang merajut angan semata?
Ataukah memang dirimulah yang tak peka


Ajarkanku lupa
Demi nyaman yang kau damba
Bantu aku ikhlas
Karena rasaku tak lagi berbalas!


Makassar, 29 Desember 2015


Kamis, 17 Desember 2015

teruntuk kamu, HMN

Pergilah, jika ikatan itu mulai rapuh
Pergilah, jika ada ikatan baru yang menanti dengan sejuta warna indah disetiap temalinya

Tinggalkan, bila kau rasa itu lantas
Tinggalkan, jika kau merasa ada yang lebih pantas
Aku bukan apa-apa; pun juga bukan siapa-siapa yang berhak menahanmu

Izinkanku untuk sehari saja mengenangmu sebagai seorang yang pernah singgah; bahkan bertahta
Izinkanku menilik kembali segala kisah dan pengharapan yang harus kuhempas keras; sekeras niatmu untuk menjauh

Terimakasih untuk pelajarannya;
Bahwa tentang cinta dan hubungan, tidak akan bisa berhasil jika hanya satu sisi yang berusaha mengikat temali, sedang sisi yang lain berusaha untuk melepas; bahkan memutus, lalu membuang temali itu di tempat terendah; tempat sampah, bahkan jurang?

Kita pernah bersama,
tertawa untuk hal yang tak perlu untuk ditertawakan
Terlena untuk semua asa yang tak terarah
Kecewa untuk hal yang tak perlu dijadikan beban

Lalu sekarang aku disini; menguatkan hati untuk hari esok
Tak ada penyesalan untuk apa yang terjadi, toh wajahmu masih akan kulihat; pun suaramu pastilah masih akan menggema
Hanya saja, caramu mengakhiri ini yang membuatku merasa tak berharga.

Bantu aku bersikap biasa,
Bantu aku mengeringkan luka,
Bantu aku lebih dewasa,
Meski caramu menjauh sama sekali tak dewasa

Aku menaruh harap pada persahabatan dan persaudaraan yang sempat kau tawarkan,
Tapi kemudian menjadi lebih sakit ketika tawaran itupun hanya ilusi.

Maafkan atas semua hal yang selama ini mungkin tak kau sukai; tapi itulah cerminan ketulusanku.

aku hanya ingin menagih janji persaudaraanmu, itu saja.
Meski kuyakin, itu takkan bisa kau tepati.

Bila kelak nanti kau butuh sesuatu, jangan sungkan menghubungiku.

Aku tetap disini; berdiri sebagai sahabat, saudara, atau apapun kau ingin menyebutnya :D

Palopo, 17 Desember 2015